Bra

Perbesar Payudara dengan Aman

Perbesar Payudara dengan Aman


Perbesar Payudara dengan Aman

Memperbesar payudara secara aman bukan lagi impian. Bahkan, memperbaiki bentuk payudara dapat dilakukan sekaligus dengan membuang lemak di tempat yang tidak diinginkan.
"Jadi, bentuk payudara menjadi indah dan perut jadi ramping," kata spesialis bedah onkologi RS Dharmais, dr Ramadhan, seusai seminar "Rekonstruksi Payudara dengan Stem Cell Lemak Sendiri" di RS Kanker Dharmais, Jakarta, Sabtu (6/12).
Dengan melakukan terapi menggunakan alat Celution 800/CRS Systemalat, wanita dapat memperbaiki bentuk dan ukuran payudaranya secara kosmetik dengan tampilan alami. Alat ini memungkinkan isolasi sel punca (sel induk/stem cell) dari jaringan lemak pasien untuk merekonstruksi ataupun memperbesar payudara pasien secara kosmetik.
Proses memperbesar payudara atau rekonstruksi ini dilakukan dengan melakukan operasi. Pertama, dilakukan pengambilan lemak dari bagian tubuh lain sebanyak 500 cc. Dengan alat Celution 800/CRS Systemalat, sel lemak, stem cell, cairan, dan sel-sel yang lain dipisahkan. Kemudian, stem cell dicangkokkan ke payudara.
Menurut dr Ramadhan, tindakan ini memakan waktu sekitar enam jam. "Stem cell yang dibutuhkan paling hanya sekitar 2-3 cc," kata dr Ramadhan.
Menurut dia, alat ini relatif aman karena mengambil bagian dari jaringan tubuh sendiri. Hingga saat ini RS Kanker Dharmais telah menangani dua kasus dan berjalan dengan sukses. Satu kasus untuk estetika atau memperbesar payudara secara kosmetik dan kasus lainnya untuk rekonstruksi payudara atau memperbaiki payudara yang rusak akibat tumor.
Menurut Ramadhan, hasil dari operasi ini dapat langsung terlihat. Hanya, jaringan itu akan matang dan menetap setelah dua tahun dari operasi ini dilakukan. "Pencangkokan ini bertahan seumur hidup dan efek sampingnya sangat kecil," tutur Ramadhan.

Sayangnya, mengenai besaran biaya dr Ramadhan masih enggan membocorkannya. Dia mengatakan, RS Dharmais belum mematok harga untuk tindakan ini. Namun, kisaran harganya bisa mencapai puluhan juta atau sekitar Rp 80 juta hingga Rp 100 juta.

"Yang namanya teknologi baru pasti mahal. Coba bandingkan dengan berobat ke Singapura, pasti lebih mahal lagi," ujarnya.


About Unknown

0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.